Bab II
Pembahasan
Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang dikarakteristikkan oleh hiperglikemi, diakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau penggunaan insulin.
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kelainan kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di pangkreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.
Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi fenomena autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala yang akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Tipe diabetes ini berkaitan dengan tipe histokompabilitas (Human Leucocyt Antigen/HLA) spesifik. Tipe gen histokompabilitas ini adalah yang memberi kode pada protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limfosit. Protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari sistem imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan pulau langerhans.
Manifestasi Klinis
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan.
PENGKAJIAN BERDASARKAN FUNGSIONAL GORDON
POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi Ny. S menjaga kesehatannya. Bagaimana Ny. S memandang sakit yg dirasakannya.
Klien mengetahui bahwa penyakit ini sangat rentan, terutama pada kebaikan gula darah, dan resio luka. Klien telah menjaga pola makannya dengan mengurangi karbohidrat.
POLA NUTRISI/METABOLISME
Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam. Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari. Kondisi kulit : Warna kulit baik, kulit hangat dan kering. Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat ). Bagaimana nafsu makan Ny. S . Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan . Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir.
Klien selalu merasa lapar karena tidak terjadi penyerapan ke sel darah
POLA ELIMINASI
Kaji kebiasaan defekasi. Berapakali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB. Kaji kebiasaan miksi. Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
Klien mengeluh sering buang air disebabkan klien sering minum dan selalu merasa haus, dank lien juga mengalami poliuri
POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi. Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga. Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang. Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien ). Kaji kekuatan tonus otot.
Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sendiri dan klien merasa sulit menggerakkan jari-jarinya dan merasa sakit pada bagian sendi ketika melakukan aktivitas.
POLA ISTIRAHAT TIDUR
Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif atau klien mengalami kesulitan dalam bernafas. Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur.
klien tidak dapat tidur (tidurnya tidak efektif), badannya terasa sakit pada saat bangun klien mengalami kesulitan bergerak.
POLA KOGNITIF-PERSEPSI
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori. Status mental. Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup. Kemampuan berbahasa Indonesia, kemampuan berkomunikassi dan kemampuan memahami serta keterampilan interaksi. Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya. Pendengaran : DBN / tidak. Peglihatan :DBN / tidak. Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri. Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri saat nyeri terjadi. Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
Klien mengalami nyeri pada sendi da pengkaburan pada penglihatan
POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri. Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang membuatnya mengubah gambaran terhadap diri. Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
Klien merasa takut dengan kondisinya saat ini, karena penyakit yang tengah dideritanya ini sulit untuk disembuhkan. Klien mengalami kesulitan melakukan aktivitasnya karena pengkaburang penglihatan
POLA PERAN HUBUNGAN
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya. Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien. Tanyakan juga system pendukung misalnya istri, anak maupun cucu dll. Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik. Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
Klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Perannya dirumah sekarang digantikan oleh anak perempuannya yang paling tua.
POLA SEKSUALITAS/ REPRODUKSI
Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif. Apakah klien menggunaakan pengamanan seperti kondom. Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan Penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan hubungan intim
Klien mengalami kehilangan gairah seksualnya semenjak mengalami penyakit diabetes mellitus dan juga merasa terlalu lelah dan persendian nyeri.
POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system pendukung. Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan terakhir. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi, apakah efektif? Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada orang lain misalnya pada istri. Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik. Terakhir, tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress.
Karena penyakit yang dideritanya, klien merasa mudah lelah, sedikit melakukan aktivitas, akan tetapi sering merasa ngatuk. Padahal banyak tanggung jawabnya dirumah sebagai ibu rumah tangga. Klien merasa tidak enak dengan pada anaknya karena sebagian pekerjaannya digantikan oleh anak perempuannya.
POLA KEYAKINAN-NILAI
Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup. Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang. Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup .
Walaupn klien merasa nyeri saat melakukan aktivitas akan tetapi klien tidak melakukan kewajibannya terhadap Allah SWT.
Rencana asuhan keperawatan dengan pendekatan NANDA, NIC/NOC
NO | NANDA | NOC | NIC |
1 | Perubahan eliminasi urin | · Pengendalian urin: – mendorong untuk mengosongkan – merespon cara untuk mendesak tepat waktu – mengosongkan diwadah yang cocok – waktu yang sesuai untuk menuju toilet antara terdesak dan evakuasi urin – pengosongan >150cc tiap waktu – bebas kebocoran urin antara pengosongan – bisa memulai dan menghentikan aliran – mengosongkan kandung kemih seluruhnya – tidak residual >100-200cc – tidak ada kebocoran urin dan tekanan perut – pakaian dalam/sprei kering sampai malam – tidak ada kawasan infeksi urin – asupan cairan – bisa ke toilet dengan bebas – menjaga pemisah untuk kebebasan toileting · eliminasi urin – pola eliminasi IER – pola urin IER – jumlah urin IER – urin bebas partikel – kejenuhan urin – pencernaan cairan cukup – 24 jam asupan dan pengeluaran seimbang – Keluaran urin tanpa rasa sakit – Keluaran irun tanpa keadaan mendesak – Pengedalian urin – Keluaran urin tanpa terputus – Pengosongan kandung kemih keseluruhanserum keratin WNL – Massa zat (urin)=volume air – Protein urin WNL – Glukosa urin WNL – Urin bebas darah – Keton urin WNL – pH urin WNL – penemuan mikroskopis urin – elektrolit urin WNL – PCO2 arteri WNL – pH arteri WNL – Elektrolit serum | · Manajemen eliminasi urin – monitor eliminasi urin, termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna, yang sesuai – monitor tanda-tanda dan gejala retensi urin – mengajar pasien dan tanda-tanda gejala infeksi saluran kemih catatan waktu eliminasi urin terakhir, yang sesuai – intruct pasien / keluarga untuk merekam output kemih, yang sesuai uretra memasukkan supositoria, yang sesuai – memperoleh spesimen tengah jalan voided untuk urine, yang sesuai – merujuk ke dokter jika tanda-tanda dan gejala infeksi saluran kemih terjadi – mengajarkan pasient untuk memperoleh spesimen urin tengah jalan pada tanda pertama pengembalian infeksi – menginstruksikan untuk segera merespon dorongan untuk void pasient teknologi untuk minum 8 oz cair dengan makanan, antara waktu makan, dan di malam hari awal – membantu pateint dengan perkembangan toilet rutin, yang sesuai – instuct pasien untuk kandung kemih kosong sebelum prosedur yang relevan rekor volding pertama setelah prosedur, yang sesuai – membatasi cairan yang diperlukan anjurkan pasien untuk memantau tanda-tanda dan gejala infeksi saluran kemih · perawatan inkontinensia urin – mengidentifikasi penyebab multifaktorial inkontinensia (misalnya output urin, volding pola, fungsi kognitif, masalah kencing preesitent, postvoid sisa dan pendidikan) – memberikan privasi jauh eliminasi menjelaskan etiologi masalah dan alasan untuk tindakan – monitor eliminasi urin, termasuk frekuensi, konsistensi, volume bau, dan warna – membahas prosedur dan hasil yang diharapkan dengan pasien – membantu mengembangkan / mempertahankan rasa harapan pakaian dan memodifikasi lingkungan untuk memberikan akses mudah ke toilet – membantu untuk memilih garmen incontinence yang sesuai untuk pengelolaan jangka pendek sedangkan perlakuan lebih devinitive dirancang – menyediakan pakaian pelindung, sesuai kebutuhan – membersihkan daerah kulit kelamin secara berkala – memberikan umpan balik positif bagi penurunan apapun dalam epicodes inkontinensia batas cairan selama 2 sampai 3 jam sebelum tidur, yang sesuai jadwal administrasi diuretik berdampak minimal terhadap gaya hidup – intruct pasien / keluarga untuk merekam output urin dan pola yang sesuai – menginstruksikan pasien untuk minum cairan minimum 1500 cc sehari – instuct suatu cara untuk menghindari konstipasi atau impaksi tinja – membatasi konsumsi iritasi kandung kemih (misalnya, cola, kopi, teh dan coklat) – memperoleh urin untuk kultur dan tes sensitivitas, diperlukan – memantau efektivitas perawatan bedah, medis, farmakologi, dan self-resep – memantau kebiasaan usus lihat spesialis Tarak kemih, yang sesuai |
2 | perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh | · Status nutrisi – Asupan nutrisi – Asupan makanan dan cairan – Energi – Massa tubuh – Berat – Kadar biocemical · Status nutrisi:asupan makanan dan cairan – Asupan makanan (oral) – Asupan cairan (oral) – Asupan cairan – Asupan TPN · Status Nutrisi: Masukan nutrisi. – asupan Kalori – Asupan protein – Asupan lemak – Asupan karbonhidrat – Asupan vitamin – Asupan mineral – Asuan zat besi – Asupan kalsium · Kontrol Berat badan : – Monitor berat badan – Menjaga masukan kalori optimal tiap hari – Menyeimbangkan latihan dengan masukan kalori. – Pilih nutrisi makanan dan snack – Gunakan tambahan nutrisi sesuai kebutuhan – Makan direspon ketika makan untuk menjaga pola makan. – Mempertahankan pencernaan makanan – Menjaga keseimbangan cairan – Mengenali tanda adan gejala ketidakseimbangan elektrolit – Mencari perawatan untuk ketidakseimbangan elektrolit. – Mencari bantuan professional yang dibutuhkan – Gunakan system dukungan seseorang untuk membantu mengubah pola diet. – Identifikasi situasi social yang mempengaruhi asupan makanan. – Identifikasi emosional yang mempengaruhi asupan makanan. – Rencanakan strategi untuk situasi yang mempengaruhi asupan makanan – Utarakan citra diri yang sebenarnya – Demonstrasikan kemajuan untuk target berat badan – Mencapai berat badan optimum – Menjaga berat badan optimum. · dialisis akses integritas – situs warna kulit – dikeringkan di situs tidak hadir – suhu tubuh – kabar angin – sensasi – hematoma di situs tidak hadir · imobilitas konsekuensi – fisiologis – sakit tekanan – sembelit – impaksi tinja – ileus paralitik – kemih culculi – retensi urin – demam – infeksi saluran kencing | · Manajemen nutrisi: – menanyakan apakah pasien memiliki alergi makanan – mengetahui preferensi makanan pasien – menentukan dalam koaboration dengan ahli gizi sebagai jumlah kalori yang tepat dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi Persyaratan gizi – mendorong asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup – mendorong peningkatan asupan – makanan zat besi yang sesuai – mendorong peningkatan asupan protein, zat besi, vitamin c yang sesuai – memberi terang, bubur, dan makanan lunak yang sesuai – menyediakan pengganti gula yang sesuai – memastikan bahwa diet termasuk makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah sembelit – menawarkan bumbu dan rempah-rempah sebagai dan sebagai alternatif untuk garam – menyediakan pasien dengan protein tinggi, kalori tinggi, makanan jari nutrititious dan minuman yang dapat mudah dikonsumsi yang sesuai – menyediakan pilihan makanan – mengatur diet untuk gaya hidup pasien yang sesuai – mengajarkan pasien cara menjaga makanan sesuai kebutuhan buku harian – memantau asupan direkam untuk kandungan gizi dan kalori – berat badan pasien pada interval yang tepat – mendorong pasien untuk memakai gigi palsu benar pas dan mendapatkan perawatan gigi – memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan gizi dan bagaimana memenuhi mereka – mendorong persiapan makanan yang aman dan teknik reservasi – menentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi – membantu pasien dalam menerima bantuan dari program gizi masyarakat yang tepat sesuai kebutuhan. · management gangguan makan – berkolaborasi dengan anggota lain dari tim perawatan kesehatan untuk mengembangkan rencana perawatan melibatkan orang lain sabar dan signifikan yang sesuai – berunding dengan tim dan pasien untuk menetapkan target berat, jika pasien tidak berada dalam kisaran berat badan dianjurkan untuk frame usia dan tubuh – menetapkan jumlah berat badan harian yang diinginkan – berunding dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian – mengajar dan memperkuat konsep nutrisi yang baik dengan pasien – mendorong pasien untuk membahas makanan dengan ahli diet – mengembangkan hubungan yang mendukung dengan pasien – monitor parameter fisiologis Yang diperlukan – memantau asupan keluaran – memonitor kalori asupan makanan sehari-hari – mendorong pemantauan diri pasien atau asupan makanan sehari-hari dan berat badan atau pemeliharaan |
DAFTAR PUSTAKA
Blackwell, wiley. 2009. nursing diagnosis definition and clasification (nanda international). mosby
Johnson, marion. 2009. Nursing outcomes clasification. mosby
Mccloskey, joanne ce. 2009. nursing intervention clasification. Mosby
0 komentar:
Posting Komentar