Selasa, 02 November 2010

kepdes1 kasus 2


Kasus
Ny. S (52 tahun) dirawat di ruang paru RS A dengan keluhan sesak napas dan batuk yang meningkat sejak 3 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan TD = 130/70 mmHg; N=98 x/menit; P=30 x/menit; dan S=37,2oC. Batuk yang dialami Ny. S diikuti dengan sekret yang banyak dan kental. Hasil auskultasi paru menunjukkan adanya rhonki dan tidak ditemukan adanya wheezing. Selama ini Ny. S telah sering mengalami batuk dengan sekret yang banyak dan kadang-kadang diikuti dengan sesak napas. Selama ini Ny. S juga sering masuk ke RS dan dirawat di IGD dengan diagnosa asma dan setelah mendapat obat, Ny. S diperbolehkan pulang.
hasil pengkajian lebih lanjut pada Ny. S menunjukkan bahwa:
·         Ny. S sering sekali menderita batuk yang diikuti dengan sekret banyak dan kental. Bahkan, sangat jarang dalam kehidupannya yang tidak mengalami batuk selama satu minggu. Batuk yang dialami kadang-kadang berat dan kadang-kadang tidak berat sehingga tidak mengganggu kehidupannya sehari-hari.
Pertanyaan:
1.    Identifikasi masalah
v  Penyakit apa yang diderita Ny. S?
v  Apa penyebab penyakit tersebut?
v  Bagaimana proses patofisiologisnya? (WOC)
v  Apa pengetahuan teoritisnya?

2.    Buat askep berdasarkan pola prioritas
v  pola fungsional gordon
v  Nanda NIC NOC
Jawaban:
1.    Identifikasi masalah
v  Penyakit yang diderita Ny. S adalah : bronchopneumonia
v  Penyebab : penumpukan secret di paru karena asma menahun

v  Patofisiologi
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
 

·         Penderita akit berat yang dirawat di RS
·         Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh




                                   




















Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

·         Pengetahuan teoritis terkait kasus
1.    DEFINISI
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2.    ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:

Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini
Aspirasi : Makanan, Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:
Virus sinsisial pernafasan
Hantavirus
Virus influenza
Virus parainfluenza
Adenovirus
Rhinovirus
Virus herpes simpleks
Sitomegalovirus.
Virus Influensa
Virus Synsitical respiratorik
Adenovirus
Rubeola
Varisella
Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
Pneumococcus
Streptococcus
Staphilococcus
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

            Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza.
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.

            Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
1.    Umur dibawah 2 bulan.
2.    Tingkat sosio ekonomi rendah
3.    Gizi kurang
4.    Berat badan lahir rendah
5.    Tingkat pendidikan ibu rendah
6.    Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
7.    Kepadatan tempat tinggal
8.    Imunisasi yang tidak memadai
9.    Menderita penyakit kronis

3. KLASIFIKASI
 Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasipneumonia.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
·         Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
·         Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
·         Pneumonia aspirasi.
·         Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Berdasarkan bakteri penyebab:
·         Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
·         Pneumonia Akibat virus.
            Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya
            Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
 Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
·         Pneumonia jamur,
            Merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
1.    Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2.    Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

3.    askep berdasarkan pola prioritas
Pengkajian 11 Pola Gordon:
DATA KLINIS
Nama                         : Ny. S
Umur                          : 52 tahun
Pekerjaan                  : ibu rumah tangga
Alamat                                    : jl. Perimtis kemerdekaan no 32
Riwayat kesehatan  : Ny. S sering mengalami batuk dengan sekret yang banyak dan kadang-kadang diikuti dengans sesak napas. Selama ini Ny. S juga sering masuk ke RS dan dirawat di IGD dengan diagnosa asma dan setelah mendapat obat, Ny. S diperbolehkan pulang
TTV                             :
·         TD         : 130/70 mmHg
·         N            : 98 x/menit
·         P                        : 30 x/menit
·         S                        : 37,2o C

1.    Pola Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
·         Apakah pernah mengalami batuk parah bahkan sampai berdarah?
Tidak, tetapi batuk dengan sekret yang banyak dan kental.
·         Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Ny. S pernah didiagnosa asma dan mendapat pengobatan. Seringkali mengalami batuk bersekret dan sesak napas.
2.    Pola Nutrisi Metabolik
·         Apa menu makanan klien sebelum sesak napas?
Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu, tempe, telur dan sayur.
Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih dingin.
Pantangan: air es/ air putih dingin.
3.    Pola Eliminasi
·         Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
Tidak
·         Apakah klien sering berkeringat?
Klien tidak berkeringat

4.    Pola Aktivitas dan Latihan
·         Apa saja Kebiasaan aktivitas sehari-hari klien sebelum masuk RS?
Klien adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang banyak menghabiskan waktu dirumah. Aktivitasnya seperti masak, membersihkan rumah, kepasar, sama seperti ibu rumah tangga lainnya
·         Adakah rasa sakit/nyeri dada saat melakukan aktivitas?
Klien mengeluhkan sesak napas bila melakukan aktivitas yang terlalu berat
·         Apakah klien mampu melakukan aktifitas berat?
Sebagai ibu rumah tangga tidak banyak pekerjaan berat yang dikerjakannya. Terkadang aktivitasnya tidak terganggu. namun terkadang yang terasa berat adalah mencuci, karena Ny. S mencuci tidak memakai mesin cuci. Klien terkadang harus istirahat sejenak bila sesak napasnya mulai terasa dan kembali melakukan aktivitasnya setelah merasa sesak napasnya berkurang.
·         Apakah pantangan penyakit klien yang sering dihadapinya?
Pantangan : klien tidak bisa terkena/menghirup debu/asap rokok itu akan membuatnya sesak nafas.
·         Apakah klien sering melanggar pantangannya?
Klien tidak bisa menghindari pantangannya karena suaminya adalah perokok berat.
5.    Pola Istirahat dan Tidur
·         Apakah ada gangguan tidur?
Klien mengalami gangguan kenyamanan karena batuk  dan sesak napas yang dideritanya mengganggu tidurnya.
·         Apakah rasa nyeri pada dadanya terasa pada saat istirahat dan tidur?
Bila batuk itu terus berkepanjangan maka akan terasa nyeri

6.    Pola Persepsi Kognitif
·         Adakah nyeri saat bernafas, melakukan aktivitas atau istirahat?
Klien merasa sedikit nyeri didadanya, namun intensitas nyeri itu dapat ditahannya. Sehingga terkadang tidak mengganggu aktivitasnya

7.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
·         Adakah perubahan pada bentuk tubuh?
Bahu klien terlihat sedikit naik keatas,
·         Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
Klien merasa malu pada penyakitnya namun klien bisa mengatasinya karena respon dari lingkungan sekitarnya tidak terlalu buruk dan cenderung mengabaikan penyakitnya itu.
8.    Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
·         Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Klien cenderung lebih perhatian pada kebutuhan anggota keluarganya. Seperti klien tidak mau apapun perlengkapan yang telah dipakainya dipakai oleh anggota keluarga lain, sepeti gelas, sendok dan sebagainya. Hal ini dilakukan klien dengan tujuan sebagai pencegahan penyakitnya tertular pada anggota keluarga lain.
·         Apakah ada perubahan peran pada klien?
Tidak. Perubahan justru terjadi karena klien lebih memperhatikan kebutuhan anggota keluarganya. 
9.    Pola Reproduksi Seksualitas
·         Adakah gangguan seksualitas?
Tidak
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
·         Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
Ada sedikit ketakutan bila penyakit yang dideritanya akan menular pada anggota keluarganya yang lain.
11. Pola Sistem Kepercayaan
·         Adakah gangguan beribadah?
Tidak. Klien cenderung lebih khusuk beribadah.
·         Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
Klien cenderung pasrah akan penyakitnya.

Pengkajian NANDA,NOC,NIC
DS :
·         Ny. S mengeluh “sesak napas dan batuk yang menikat sejak 3 hari yang lalu”
DO:
·         Batuk diikuti dengan sekret yang banyak dan kental. Hasil auskultasi paru menunjukkan adanya rhonki
·         Sering mengalami batuk dengan sekret banyak dan kental diikuti dengan sesak napas.
·         Ny. S didiagnosa asma
TTV:
o   TD       : 130/70 mmHg
o   N         : 98 x/menit
o   P         : 30 x/menit
o   S         : 37,2o C

 
NO
NANDA
NOC
NIC
1.
Gangguan pola nafas:
      Kontrol aspirasi
   Mengidentifikasi factor resiko
   Menghindari factor resiko

      Status pernapasan: kepatenan jalan napas
     Tidak ada sesak
     Tidak ada bunyi napas tambahan
      Status pernapasan: ventilasi
     Tidak ada suara napas tambahan
     Kenyamanan bernapas
     Auskultasi suara napas


      Monitor pernafasan :
Monitor kecepatan, irama, dan cara bernafas
Catat pada pemeriksaan bagian dada;lihat kesimetrisan,menggunakan otot aksesoris,dan suplaclavicular dan penarikan kembali otot intercostals
Monitor bunyi nafas
Monitor pola nafas (bradypnoe, tachypnoe,kusmaull,cheynostokes apneustic,biot,dan pola ataxic.
Palpasi untuk kesamaan expansi paru.
Perkusi ( anterior dan posterior ) dada dari apiks ke basis bilateral.
Catat lokasi trakea.
Monitor kelelahan otot diafragma
Auskultasi bunyi dada, caatat penurunan ventilasi
Tentukan kebutuhan untuk pengisapan dan ronkhi jalan udara utama
Catat hasil auskultasi
Catat serangan, karakter,dan durasi batuk
Monitor sekresi pernafasan

      Manajemen jalan udara ( memfasilitasi kepatenan jalan udara )
Buka jalan udara dengan mengangkat rahang
Posisikan pasien ke posisi ventilasi maksimal
Identifikasi actual/ potensial penyisipan jalan udara.
Buang sekresi dengan memancing batuk.



















DAFTAR PUSTAKA
  • Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
  • Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
  • Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
  • Soeparman, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
  • Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger