Selasa, 02 November 2010

pkddk klpok 10 pemberian obat dan injeksi


BAB II
PEMBAHASAN
“Pemberian Obat Secara Parenteral”
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
PERALATAN
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.  
  1. a.         Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
c)  Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
  1. b.          Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali.
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

PROSES INJEKSI
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
a)   Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
b)   Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c)   Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
d)   Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
e)   Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f)   Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g)  Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h)  Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN INJEKSI
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b)      Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c)      Tempat injeksi
d)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e)      Kondisi/penyakit klien

MACAM-MACAM INJEKSI
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

1.  INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)
Injeksi intra muscular adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan otot. Rute intramuscular (IM) memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada risiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot. Bagaimanapun, berat badan mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Misalnya, seorang klien dengan berat badan 45 kg mungkin hanya memerlukan jarum dengan panjang 11/4 sampai 11/2 inci, sedangkan anak yang berat badannya 22,5 kg biasanya memerlukan jarum berukuran 1 inci. Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o. Otot kurang sensitif terhadap obat yang mengiritasi dan kental. Seorang klien perkembangan baik dan normal dapat menoleransi sejumlah kecil obat tanpa rasa tidak nyaman yang berat pada otot. Anak-anak, dewasa lanjut, dan klien yang kurus menoleransi kuran dari  2 ml obat. Wong (1995) menganjurkan untuk tidak memberi obat-obatan lebih dari 1 ml kepada anak kecil dan bayi yang sudah besar.
Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot.
Tempat injeksi IM yaitu:
1.  Otot Vastus Lateralis
             Otot vastus lateraluis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak, dan bayi.
2.  Otot Ventrogluteal
3.  Otot Dorsogluteus
            Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista iliaka. Perawat dapat menggunakan injeksi dorsogluteus pada orang dewasa dan anak-anak (sekurang-kurangnya berusia 3 tahun) yang otot gluteusnya sudah berkembang.
4.  Otot Deltoid
            Pada beberapa orang dewasa, bayi dan kebanyakan anak, otot deltoid belum berkembang baik. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat di akses karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain. Tempat injeksi terletak tiga jari di bawah prosesus akromion.



2.  INJEKSI INTRAVENA (IV)
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

  1. 3.     INJEKSI SUBKUTAN (SC)
Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal. Karena jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien dapat mengalami rasa tidak nyaman.
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara mandiri. Tempat yang paling direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal. Tempat injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan). Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam-tujuh minggu.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0.5-1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Prinsip injeksi subkutan :
  • bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema
  • area kulit yang akan diinjeksi diregangkan
  • sudut 45°
  • aspirasi tidak boleh ada darah

  1. 4.     INJEKSI INTRAKUTAN (IC) 
Memasukan obat kedalam jaringan kulit, intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan.

PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
  1. 1.      PENGKAJIAN
-    Cek perencanaan Keperawatan klien :
a. Nama Klien. Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
b. Benar Obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
c. Benar Dosis. Perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
d. Benar Rute/ Cara. Obat diberikan secara parenteral dengan lokasi yang sesuai.
e. Benar Waktu. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai
-    Kaji riwayat alergi dan riwayat medis.
-    Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat.

  1. 2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
-       Gangguan menelan yang b.d :
  • Ø Kerusakan neuromuscular
  • Ø Iritasi rongga mulut
  • Ø Kesadaran yang terbatas
-       Hambatan mobilitas fisik yang b.d :
  • Ø Penurunan kekuatan
  • Ø Nyeri dan ketidaknyamanan

  1. 3.      PERENCANAAN
    1. Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman.
    2. Perawat mempersiapkan alat yang diperlukan :
-       Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
-       Kapas Alkohol
-       Sarung tangan sekali pakai (steril)
-       Obat yang sesuai
-       Baki obat pulpen/spidol
-       Bengkok
-       Gergaji ampul
-       Kassa steril (jika perlu)
-       Plester
-       Spuit yang sesuai dengan jenis injeksi
  • Ø Injeksi Intramuskular (IM) : spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau tergantung pada kebutuhan dan ketebalan otot, jenis obat, dan usia klien).
  • Ø Injeksi Intravena (IV) : spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjangf jarum 1-2 inci.
  • Ø Injeksi Subkutan (SC) : spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 – ½ inci.
  • Ø Injeksi Intrakutan (IC) : spuit 1 ml dengan ukuran 25, 26, atau 27, panjang jarum ¼ - 5/8 inci.

  1. 4.      IMPLEMENTASI
    1. Perawat cuci tangan.
    2. Cek program obat.
    3. Siapkan dosis yang tepat dari ampul atau vial. Pastikan semua udara dikeluarkan. (untuk obat IM yang khususnya mengiritasi jaringan, isap 0.2 ml udara ke dalam spuit, hati-hati agar dosis obat tidak keluar.
    4. Untuk injeksi IM, ganti jarum jika obat mengiritasi jaringan SC.
    5. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
    6. Identifikasi klien dan memberikan penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan.
    7. Tutup gorden atau pintu kamar.
    8. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak perlu dipajankan.
    9. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inpeksi adanya memar, peradangan, atau edema di permukaan kulit tempat injeksi :
  • Ø Injeksi Intramuskular (IM) : 1/3 lateral garis sias coccygis pada panggul, paha atau pangkal lengan/deltoid.
  • Ø Injeksi Intravena (IV) : pada lengan (vena basilica dan vena sefalika); pada tungkai (vena safena); pada leher (vena jugularis); pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).
  • Ø Injeksi Subkutan (SC) : 1/3 lengan atas bagian luar; Paha anterior; daerah abdomen; area scapula pada punggung atas; daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
  • Ø Injeksi Intrakutan (IC) : lengan bawah bagian dalam; dada bagian atas; punggung di bawah scapula.
  1. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
  2. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
  3. Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan kapas alkohol dengan teknik gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar dengan diameter 5 cm atau dari atas ke bawah sekali hapus. Pertahankan swab dekat tangan.
m.  Lepas tutup dari jarum dengan menariknya dengan arah lurus.
  1. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang dominan.
    1. Lakukan injeksi:
-       Subcutan (SC) :
1. Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan tidak dominan untuk meregangkan kulit supaya tegang di tempat injeksi atau pegang jaringan sehingga tercipta suatu gulungan kulit setebal ½ inci.
  1. Injeksi jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-90o. (kemudian lepas kulit, jika dicubit)
  2. Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan injeksikan jarum di bawah lipatan jaringan.
  3. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak dominan. Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pengisap secara perlahan ke belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur. Pengecualian: Jangan mengaspirasi obat saat menginjeksi heparin. Lali injeksi obat secara perlahan-lahan.



-       Intramuskular (IM) :
1. Tempatkan tangan yang tidak dominan pada penanda anatomi yang tepat dan regangkan kulit untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum dengan cepat ke dalam otot pada sudut 90o.
  1. Jika massa otot kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain.
  2. Apabila obat mengiritasi, gunakan metode Z-track.
  3. Lakukan aspirasi dan injeksi obat secara perlahan-lahan.
-       Intrakutan (IC) :
1. Dengan tangan tidak dominan, reggangkat kulit tempat injeksi dengan jari telunjuk dan ibu jari.
2. Ketika jarum mendekati kulit, dengan perlahan insersi jarum pada sudut 5-15o sampai terasa tahanan. Masukkan terus jarum melalui epidermis sampai kira-kira 3 mm di bawah permukaan kulit.
3.  Injeksikan obat dengan perlahan (adalah normal jika terasa tahanan; jika tidak, jarum masuk terlalu dalam dan harus ditarik).
4. Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk lingkaran berwarna terang menyerupai gigitan nyamuk dengan diameter kira-kira 6 mm dan kemudian lenyap. Lalu gambar lingkaran tersebut dengan pensil kulit atau pulpen tinta.
5. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di tempat injeksi.
-    Intravena (IV) :
1. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan tangan nondominan.
2. Pegang jarum pada posisi 30o sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti.
3. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
4. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barrel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
5. Observasi adanya darah pada spuit.
6. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
n. Untuk injeksi SC atau IM, beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru diinjeksi heparin SC atau insulin. Bila perlu: pasang perban. Untuk injeksi IC, jangan pijat tempat injeksi.
o. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
p. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa meninggalkan sisi tempat tidur klien, teknik menutup jarum dengan satu tangan dapat dilakukan.
q. Lepas sarung tangan sekali pakai lalu perawat cuci tangan.
r. Dokumentasikan tindakan.
  1. 5.      EVALUASI
Perhatikan dosis obat, nama obat, nama klien sesuai dengan order dari dokter dan perhatikan juga respon klien terhadap obat dalam 10-30 menit.
  1. 6.      DOKUMENTASI
  • Untuk injeksi SC dan IM, catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu serta tanggal injeksi pada catatan keperawatan. Tanda tangani dengan benar sesuai kebijakan institusi.
  • Untuk injeksi IC, catat daerah injeksi, jumlah, dan tipe zat yang diuji, dan tanggal serta waktu catatan obat.











OBAT TOPIKAL
Bentuk Obat Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah saleb dan krem. Saleb dipakai untuk lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. krem umumnya dipakai untuk lesi basah.

PENGGUNAAN OBAT TOPIKAL
  • Penggunaan Pada Kulit
Karena banyak obat topikal lokal, misalnya losion, pasta, patches (koyo), dan salep dapat menimbulkan efek sistematik dan lokal, perawat harus memberikan obat-obatan ini dengan menggunakan sarung tangan dan aplikator. Teknik steril penting, khususnya jika klien memiliki luka  terbuka.
Krusta yang terbentuk dan jaringan mati menjadi tempat berkumpul mikroorganisme dan menghalangi obat kontak dengan jaringan yang akan diobati. Sekedar memberi obat-obatan baru di atas obat yang telah diberikan sebelumnya sedikit bermanfaat untuk mencegah infeksi atau memberi keuntungan teraupetik. Sebelum memberi obat, perawat membersihkan kulit dengan mencucinya perlahan menggunakan sabun dan air, merendam daerah bersangkutan, atau membersihkan jaringan sekitarnya.
Pada saat memberi salep atau pasta, perawat mengoleskan obat merata pada permukaan bersangkutan dan menutup daerah tersebut dengan baik tanpa membungkusnya dengan lapisan tebal yang terlalu tebal. Salep buram mencegah terlihatnya dasar kulit. Dokter sering memprogramkan pemberian balutan kassa setelah obat dioleskan untuk mencegah obat tersebut mengotori pakaian dan terhapus.
Setiap tipe obat salep, losion, bedak, dan patches (koyo) harus diberikan dengan cara tertentu untuk menjamin penetrasi dan absorpsi yang baik. Perawat menggunakan losion dan krim dengan secara ringan menghapusnya pada permukaan kulit. Menggosok kulit dengan obat tersebut dapat menyebabkan iritasi. Suatu obat diberikan dengan menggosoknya pada kulit secara perlahan, tetapi kuat. Bedak ditabur dengan ringan untuk menutup daerah yang diobati dengan lapisan tipis. Perawat menggunakan obat transdermal (patches) pada daerah tubuh yang bersih, kering, dan tidak berambut dengan pengecualian daerah ekstremitas di bawah lutut atau siku. Perawat menjamin bahwa patch tersebut menempel kuat pada kulit. Selama mengoleskan obat kulit, perawat harus mengkaji kulit secara keseluruhan. Dalam mencatat pemberian obat, perawat mencatat daerah tempat obat diberikan, nama obat, dan kondisi kulit klien.
  • Penggunaan Pada Mata
Yaitu memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep. Berfungsi untuk mengobati gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, untuk mencegah kekeringa

OBAT ORAL
Obat oral merupakan salah satu bentuk obat padat. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan.
Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
  1. 1.    Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal (di larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah)
  1. 2.    Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.

  1. 3.    Lozenges (obat hisap)
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat dimulut atau tenggorokan.
Yang harus diperhatikan :
  1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek samping obat.
  2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
  3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut seluruhnya. Dalam pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
  4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat penolakan.
  5. Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.
OBAT SUPOSITORIA
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau agar diserap sistemik.
Yang harus diperhatikan :
  1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek samping obat.
  2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
  3. Menjaga privasi klien
OBAT TETES
Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan dan menggunakan penetes.
  1. a.   Obat Tetes Mata
Yang dimaksud dengan obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah suatu sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk terapi atau pengobatan mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.
Tujuan :
  • Untuk memudahkan penggunaan, hanya dengan meneteskan saja.
  • Untuk efek lokal, misalnya peradangan pada konjungtiva mata.
Syarat-Syarat :
  • Bersifat steril, terutama yang ditujukan untuk mata yang sakit, luka, atau setelah operasi.
  • Tetes mata yang berupa larutan haruslah jernih.
  • Tetes mata yang berupa suspensi, bahan yang tidak larut haruslah sangat halus, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi rangsangan terhadap mata sehingga air mata tidak banyak keluar.
Kandungan :
Sediaan obat tetes mata dapat mengandung obat dengan efek terapi: antiperadangan, antimikroba, miotik (menyempitkan pupil mata), midriatika (melebarkan pupil mata), dan anestesi (bius) lokal, serta dapat digunakan untuk diagnosis.
Secara umum, obat tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka. Khusus untuk sediaan obat tetes mata yang berbentuk suspensi, sebelum digunakan haruslah dikocok terlebih dahulu. Waspadalah jika menggunakan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid, karena jika dipakai tidak sesuai dengan indikasi dan tidak dengan resep atau petunjuk dokter dapat menyebabkan glaukoma yang bisa berujung pada kebutaan.
  1. b.   Obat Tetes Telinga
Pemberian obat tetes telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair. Bertujuan untuk memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal), menghilangkan nyeri, melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
c.  Obat Tetes Hidung
Pemberian obat tetes hidung melalui hidung. Bertujuan untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung, mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus.
PROSES KEPERAWATAN DAN OBAT
  1. 1.      PENGKAJIAN
-    Cek perencanaan Keperawatan klien :
a. Nama Klien. Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
b. Benar Obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
c. Benar Dosis. Perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
d. Benar Rute/ Cara. Obat diberikan secara topical, tetes, sipositoria, dan oral dengan lokasi yang sesuai.
e. Benar Waktu. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai
-    Kaji riwayat medis, riwayat alergi, dan riwayat diet.
-    Kaji kondisi klien terkini.
-    Kaji pengetahuan klien dan pemahaman tentang terapi obat.
-    Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat.
-    Kaji adanya kontraindikasi pada klien yang menerima obat oral, meliputi sulit menelan, mual atau muntah, radang usus atau perstaltik menurun, baru menjalani pembedahan saluran cerna, bising usus hilang atau menurun, terpasang pengisap lambung, tingkat kesadaran menurun.

  1. 2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
-      Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang b.d :
  • Ø Kurang informasi dan pengalaman
  • Ø Keterbatasan kognitif
  • Ø Tidak mengenal sumber informasi
-      Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang b.d :
  • Ø Sumber ekonomi yang terbatas
  • Ø Keyakinan tentang kesehatan
  • Ø Pengaruh budaya
-       Hambatan mobilitas fisik yang b.d :
  • Ø Penurunan kekuatan
  • Ø Nyeri dan ketidaknyamanan
-       Perubahan sensori/persepsi yang b.d :
  • Ø Status kesehatan yang berubah atau terancam
  • Ø Status social ekonomi yang berubah atau terancam
  • Ø Pola interaksi yang berubah atau terancam
-       Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif yang b.d :
  • Ø Terapi obat yang kompleks
  • Ø Pengetahuan yang kurang



  1. 3.      PERENCANAAN
  2. Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman.
  3. Perawat mempersiapkan alat yang diperlukan :
-    Daftar pemberian obat
-  Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
-                       Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (bergantung pada jenis sediaan obat)
-                       Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, atau sipositoria), untuk pemberian obat sipositoria melalui vagina
-    Aplikator untuk krim vagina (obat sipositoria)
-    Pelumas untuk sipositoria
-    Pembalut
-    Sipositoria rectal
- Spuit tanpa jarum
-    Bola kapas kering steril (stupper)
-    Bola kapas basah (salin normal) steril
-    Penutup mata (jika perlu)
-    Buku obat
-    Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
- Sarung tangan
-    Mangkok atau sendok obat
-    Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
-    Perlak dan alasnya (bila perlu)
-    Lidi kapas
-    Tisu
- Normal salin
-    Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
-  Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)

  1. 4.      IMPLEMENTASI
a. Tinjau kembali program obat dari dokter, termasuk nama klien, nama obat, konsentrasi obat, jumlah tetesan obat (jika dalam bentuk cair), waktu dan mata, telinga (kanan atau kiri) yang menerima obat. 
b. Perawat cuci tangan
c. Atur peralatan di samping tempat tidur klien.
d. Identifikasi klien dan memberikan penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan.
e. Lakukan pemberian obat sesuai dengan kebutuhan dan tempatnya.
  • Pemberian Obat Topikal pada kulit
-  Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit (gunakan sabun basah ringan).
-  Keringkan atau biarkan area mongering.
-  Jika kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agens topical saat kulit masih basah.
-  Gunakan sarung tangan jika terdapat indikasi.
-  Oleskan agens topical :
  1. Krim, salep dan lotion yang mengandung minyak
  • Ø Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosokkan obat secara lembut di antara kedua tangan.
  • Ø Usapkan secara merata di atas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
  • Ø Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian obat.
  1. Losion yang mengandung suspense
  • Ø Kocok wadah dengan kuat
  • Ø Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
  • Ø Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
  1. Bubuk
  • Ø Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
  • Ø Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan.
  • Ø Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
  1. Spray aerosol
  • Ø Kocok wadah dengan keras
  • Ø Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
  • Ø Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
  • Ø Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit.
-  Tutup area kulit dengan balutan bila ada intruksi dari dokter.
-  Bantu klien pada posisi nyaman, kenakan kembali pakaian dan tutup dengan linen tempat tidur sesuai keinginan.
  • Pemberian Obat Mata
-  Atur klien pada posisi telentang atau duduk dengan hiperekstensi leher.
-  Pakai sarung tangan steril.
-  Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam ke luar.
-  Minta klien untuk melihat langit-langit.
-  Meneteskan obat tetes mata:
  • Ø Dengan tangan dominan Anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat lebih kurang 1-2 cm (0,5-0,75 inci) di atas sakus konjungtiva dan jari tangan nondominan menarik kelopak mata ke bawah.
  • Ø Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva. (normal sakus 1-2 tetes)
  • Ø Jika klien berkedip atau menutup mata atau jika tetesan jatuh ke pinggiran kelopak mata, ulangi prosedur.
  • Ø Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan.
  • Ø Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik.
-  Memasukkan salep mata :
  • Ø Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
  • Ø Minta klien untuk melihat ke bawah.
  • Ø Membuka kelopak mata atas.
  • Ø Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
  • Ø Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
-  Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus.
-  Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
  • Pemberian Obat Oral
-  Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. siapkan sejumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
  1. Tablet atau kapsul
  • Ø Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
  • Ø Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan institusi masing-masing.
  • Ø Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
  1. Obat dalam bentuk cair
  • Ø Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
  • Ø Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
  • Ø Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
  • Ø Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
  • Ø Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
  • Ø Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
  • Pemberian Obat Tetes Telinga
-  Atur posisi klien miring ke samping (slide lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas.
-  Bersihkan daun telinga dan lubang telinga.
  • Ø Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi.
  • Ø Dengan menggunakan lidi kapas yang sudah dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditorius.
-    Hangatkan obat dengan tangan Anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat.
-  Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak-anak di atas 3 tahun), tarik daun telinga ke bawah dan ke belakang (bayi).
-  Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga.
-  Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
-  Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
-  Kaji respon klien : kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
  • Pemberian Obat Tetes Hidung
-       Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
-       Bersihkan lubang hidung
-       Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
-       Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
-       Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
-       Kaji respon klien : Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
  • Pemberian Obat Supositoria melalui Vagina
-       Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
-       Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labia
-       Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
-       Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
-       Minta klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
-       Tawarkan pembalut perineal sebelum klien melakukan ambulasi.
  • Pemberian obat supositoria melalui Rektal
-       Atur posisi klien dalam posisi Sims pada tungkai bagian atas fleksi ke depan.
-       Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan Anda.
-       Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakskan sfingter anus.
-       Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan. Dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukkan sipositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
-       Tarik jari Anda dan bersihkan area anal klien.
-       Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.
-       Jika sipositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien.
f.   Lepaskan sarung tangan, cuci tangan, rapikan peralatan, dan buang peralatan yang sudah di pakai.
g. Dokumentasikan semua tindakan.

  1. 5.          EVALUASI
Perhatikan dosis obat, nama obat, nama klien sesuai dengan order dari dokter dan perhatikan juga respon klien terhadap obat.

  1. 6.          DOKUMENTASI
  • Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan.
  • Untuk pemberian obat oral : catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan Anda. Jika obat tidak masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya dan tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai intuisi.
  • Untuk pemberian obat tetes: catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata (kiri, kanan, atau kedua-duanya) yang diobati.
KEUNTUNGAN INJEKSI
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.
7.  Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.
9. Aksi obat biasanya lebih cepat.
10. Seluruh dosis obat digunakan.
11.Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
12.Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.
13.Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan hidupnya.

KERUGIAN INJEKSI
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.
5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.

CARA MENCEGAH INFEKSI SELAMA INJEKSI
 Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
a)   Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan   biarkan ampul dalam keadaan terbuka
b)   Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
c)   Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
d)   Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.

KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.



BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Dalam pemberian injeksi dan obat harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadi kesalahan dan infeksi pada klien. Perawat harus memperhatikan personal hygiene terutama melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

3.2   Kritik dan Saran
Perawat harus memperhatikan kebersihan terutama pada kebersihan tangan dalam setiap melakukan tindakan kesehatan kepada klien. Perawat tidak boleh menyepelekan hal kecil seperti mencuci tangan karna hal kecil itu bisa menjadi besar. Dan paling utama perawat harus berhati-hati dalam setiap melakukan tindakan.


















DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
www.google.co.id (19 september 2010)

1 komentar:

yuechan in here mengatakan...

makasiii bnyak mas...
ngbantu bgt buat tugas saya ..
:)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger