Selasa, 02 November 2010

pkddk klpok 9 NGT


Bab II
Pembahasan
2.1 Konsep Teori
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).

            Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewatu tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation )
Nasogastrik:
Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung. Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung ( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik.
"Nasogastric" terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung. Gastik berasal dari bahasa Yunani  “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.
Definisi NGT :
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.
KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT
1. Komplikasi mekanis
-       NGT nya tersumbat.
-       Dislokasi dari NGT, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde dengan plester di sayap hidung.
2. Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.
-       Dikarenakan pemberian NGT feeding yang terlalu cepat
3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan NGT- Yang menyerupai jerat
-       Yang menyerupai simpul
-        Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.Hal ini dapat langsung menyebabkan diare.
4. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
2.2. Tujuan
  1. Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
  2. Memungkinkan evakuasi isi lambung
  3. Menghilangkan mual
  4. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
  5. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
  6. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
  7. Dekompressi yaitu membuang sekresi dan substansi gas dari saluran gastrointestinal; mencegah atau menghilangkan distensi abdomen. Jenis selang yang digunakan : salem sump, Levin, Miller-Abbott.
  8. Memberi makan : memasukkan suplemen nutrisi cair atau makanan kedalam lambung untuk klien yang tidak dapat menelan cairan. Jenis selang yang digunakan Duo, Dobhoff, Levin.
  9. Kompressi : member tekanan internal dengan cara mengembangkan balon untuk mencegah perdarahan internal pada esophagus atau gastrointestinal. Jenis selang yang digunakan Sengstaken-Blakemore.
10.  Bilas lambung : irigasi lambung akibat perdarahan aktif, keracunan, atau dilatasi lambung. Jenis selang yang digunakan Levin, Ewald, salem sump.
2.3 Manfaat
  1. Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
  2. Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah
2.4  Indikasi
  1. Pasien yang tidak sadar
  2. Pasien dengan luka dimulut tenggorok atau lambung
  3. Pasien dengan gangguan menelan serius sebagai akibat kemunduran saraf berat (demensia)
  4. Pasien yang menolak makanan dan minuman dengan berbagai alasan
  5. Pasien yang kurang gizi dan kurang makan
  6. Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
  7. Keracunan makanan minuman
  8. Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
  9. Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
2.5 Kontraindikasi
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
  1. Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
  2. Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
  3. Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT
  4.  Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi
2.6   Asuhan Keperawatan
  1. 1.                        Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang akan dilakukan pemasangan NGT meliputi:

  1. Biodata klien: Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa medis,Tanggal admission.
  2. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat kesehatan klien saat ini.
  3. Kondisi kesehatan saat ini
Pemeriksaan fisik:
  • Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.
  • Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse rate,Blood pressure.
  • Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal trauma,skull fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia oesophagus,naso-oro-pharyngeal burn.apakah terdapat paresthesia, hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu pernafasan;pemasangan mask oksigen,nasal canula,endotracheal tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal, muntah(cairan,darah;warna,konsistensi)
Data Penunjang:
  •  Oxygen saturation
  •  Chest X-Ray
  • NGT on Chest-X Ray dan Upper Abdominal X Ray sesudah insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung
  • Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool
PENGKAJIAN SECARA UMUM
Pengkajian harus berfokus pada:
  • Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
  • Ukuran slang yang digunakan sebelumnya,
  • Riwayat masalah sinus atau nasal
  • Distensi abdomen, nyeri atau mual
  1. 2.                        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT adalah sebagai berikut :
  • Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  • Gangguan Rasa Nyaman : mual muntah
  • Kurang pengetahuan
  1. 3.                        Perencanaan
Perencanaan untuk pemasangan NGT sesuai dengan tujuan dan manfaat tindakan dan indikasi kontraindikasi
Perencanaan keperawatan yang bertujuan untuk menghindari beberapa komplikasi
  • Komplikasi mekanis
  1.  Agar sonde tidak tersumbat perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau the sedikitnya tiap 24 jam bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.
  2. Agar sonde tidak mengalami dislokasi, sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)
  3. Komplikasi pulmonal: aspirasi
    1. Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi
    2. Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.
Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.
  1.  Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
    1. sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.
    2. sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
    3. sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasasakit
    4.  perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).
    5. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain
  • Komplikasi yang terjadi di usus
a.  Diare
  1. Perut terasa penuh
  2. Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
  • Komplikasi metabolik hiperglikemia
Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.
 Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari Hari 5  : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.
Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari) Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari) Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari) Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari) Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)
Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari
Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
  • Perencanaan keperawatan dari komplikasi metabolik
  1. periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral
  2. bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang menderita dibetes melitus, harus dilakukan terapi dengan insulin.

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
  • Nutrisi enteral per sonde tak perlu dihentikan, bila
1. diare ringan
2. perut terasa penuh
3. pasien terus menerus harus bertahak
4. dislokasi sonde yang tidak terlalu berat
Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya dengan cara-cara sebagai berikut :
ü  kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam
ü  apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu mempersiapkan zat nutrisi?
Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti dengan yang baru dan bersih.
ü periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi lambung sambil menyemprot udara ke dalam sonde.
  • Nutrisi enteral harus dihentikan sementara sampai kesukaran-kesukaran ditanggulangi, bila:
1. muntah-muntah
2. pilek (rinitis) yang berat
3. kalau simtom-simtom dari A dalam waktu 48 jam tidak mereda

Selama penghentian ini, perawat atau pasien harus secara teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh agar sonde tidak tersumbat.
  • Nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan konsultasi ke dokter, bila:
1. muntah-muntah yang berat
2. diare yang berat
3. diduga aspirasi
KONTROL RUTIN
  1. Setiap 2 hari menimbang berat badan
ini merupakan kontrol rutin yang mudah dan efektif. bila berat badan tidak naik atau bahkan menurun menunjukkan sesuatu yang tidak sempurna, dalam hal ini harus konsultasi ke dokter.
  1. Pasien atau perawat harus secara teratur membuat protokol tentang frekuensi, jumlah dan konsistensi dari tinja.
  2. Pasien atau perawat harus setiap kali mengontrol apakah letak tanda pada sonde masih berada di permukaan lubang hidung dan tidak tergeser. Sonde harus tetap melekat sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik, tanpa menimbulkan rasa sakit.
  3. Mesin pompa dan sistem pipa plastik harus dikontrol baik- baik kebersihannya dan tidak boleh bocor
CHECK LIST"
Harus konsultasi ke dokter, bila :
1. berat badan turun
2. pilek (rinitis) yang berat
3. diduga aspirasi
4. muntah-muntah yang berat
Periksa apakah kedudukan sonde masih sempurna bila:
1. pasien terus menerus bertahak (refluks)
2. diare: ini akan terjadi bila sonde meluncur terus menuju abdomen atau jejunum.Dalam hal ini sonde harus agak ditarik ke luar.

3. Intervensi dan Implementasi
  • Persiapan peralatan
  1. Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
  2. Pelumas/ jelly
  3. Spuit berujung kateter 60 ml
  4. Stetoskop
  5. lampu senter/ pen light
  6. klem
  7. Handuk kecil
  8. Tissue
  9. Spatel lidah
10.  Sarung tangan dispossible
11.  Plester
12.  Nierbekken
13.  Bak instrument
14.  Gelas air dengan sedotan
  • Prosedur
  1. A.      Prosedur pemasangan slang NGT
  2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
  1. Jelaskan prosedur pada pasien
  2. Bantu pasien untuk posisi Fowler
  3. Atur peralatan yang akan digunakan.
  4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
  5. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
  6. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
  7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
  8. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester. a. metode tradisional: Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
b. metode Hanson : Pertama-tama tandai jarak 50 cm dari ujung selang dan kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Panjang selang yang dimasukkan adalah pertengahan jarak antara panjang 50 cm dengan panjang hasil pengukuran tradisional.
Tandai panjang selang yang akan dimasukkan dengan plester atau catat jarak dari tanda yang ada pada selang.
  1. Potong plester 10 cm. Gunting bagian tengah dari salah satu ujung plester menjadi 2 bagian yang sama besar sepanjang 5 cm.
  2. Lengkungkan ujung selang sepanjang 10-15 cm dengan mengelilingi jari telunjuk kemudian lepaskan
  3. Bubuhi ujung selang sepanjang 7,5 – 10 cm dengan menggunakan jelly pelicin yang larut dalam air.
  4. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
  5. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
  6. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
  7. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam
  8. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
  9. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
  10. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien.
Cara memastikan slang NGT telah terpasang dengan benar :
  1. 1.     Dengan cara menarik spuit jika yang keluar adalah cairan lambung berarti slang NGT telah berada di dalam lambung.
  2. 2.     Tarik spuit, lalu dorong dengan cepat sambil mendengarkan gemuruh dengan menggunakan stetoskop.
  3. 3.     Masukkan ujung selang ke dalam air, jika terdapat gelembung berarti selang NGT telah berada di dalam lambung.
    1. B.     Prosedur pemberian makanan
    2. Menyiapkan   peralatan yang diperlukan seperti makanan yang akan diberikan, air secukupnya, jepitan atau klem untuk menjepit ujung NGT dan sebuah corong berupa spuit besar untuk memasukkan slang NGT.
    3. Lakukan pengetesan posisi slang NGT
    4. Pasang corong pada ujung NGT atau kita siapkan spuit dan membilas NGT dengan sedikit air; tujuannya untuk menghindari adanya udara yang masuk ke dalam lambung.
    5. Memberikan makanan. Tidak boleh dilakukan terlalu cepat karena itu corong tidak boleh diletakkan lurus tinggi ke atas, tetapi agak sedikit dimiringkan.
    6. Makanan dapat juga dicampurkan dengan obat-obatan yang dihaluskan atau obat cair.
    7. Catat jumlah makanan yang diberikan maupun jumlah obat-obat yang telah diberikan.
      1. 4.                       Evaluasi
      2.  Pasien tidak terjadi batuk
      3. Ujung NGT bila dimasukan pada air tidak timbul gelembung udara
      4. Cairan yang keluar berwarna agak kehijau-hijauan jernih
      5. Masukan udara  10cc lewat NGT, bersamaan memasukan udara didengarkan suara dalam lambung dengan stestokop maka akan terdengar udara
      6. Bila kesadaran pasien menurun (tidak kooperatif), bisa dirangsang dengan memberi minum 1 sendok, saat ada tanda menelan maka NGT dimasukan

  1. 5.     Dokumentasi
Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
  1. Tanggal dan waktu insersi slang
  2. Warna dan jumlah drainase
  3. ukuran dan tipe slang
  4. Toleransi klien terhadap prosedur


















Bab III
Penutup

3.1Kesimpulan
  1. NGT adalah pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.
    1. Pemasangan NGT dapat dilakukan pada:
  • Pasien yang tidak sadar
  • Pasien dengan luka dimulut tenggorok atau lambung
  • Pasien dengan gangguan menelan serius sebagai akibat kemunduran saraf berat (demensia)
  • Pasien yang menolak makanan dan minuman dengan berbagai alasan
  • Pasien yang kurang gizi dan kurang makan
NGT tidak bisa dipasang pada pasien yang memiliki masalah sinus atau nasal seperti infeksi, sumbatan, polip dan lain-lain.
  1. Pengkajian
Sebelum pemasangan NGT dilakukan pengkajian yang berfokus pada:
  • Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
  • Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
  • Riwayat masalah sinus atau nasal
  • Distensi abdomen, nyeri atau mual

3.2 Saran
Perawat harus memperhatikan beberpa hal dalam pemasangan NGT yaitu :
  • Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )
  • Kesadaran dan riwayat MCI
  • Refleks Vagal
  • Perdarahan karena prosedur yang agresif
  • Selang NGT masuk ke Trakea
  • Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan.
  • Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent









DAFTAR PUSTAKA
Stevens, P.J.M. 1999. ”Ilmu Keperawatan”. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. “Buku Ajar Fundamental Keperawatan”. Jakarta : EGC
Trikurnianto. 2009. “ Tata Cara Memasang NGT”, diakses tanggal 20 September 2010,http://trikurnianto.multiply.com/journal/item/10/Tata_cara_memasang_NGT

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger