Selasa, 02 November 2010

pkddk klpok 1 a1 PENCEGAHAN INFEKSI


BAB I
PENDAHULUAN
Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah danjenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif.
Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien. Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Untuk berkembang dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit, dan membran mukosa, traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
Usaha perawat untuk meminimalkan serangan dan penyebaran infeksi didasarkan pada prinsip teknik aseptik. Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme (Crow, 1989). Dua jenis aseptik adalah asepsis medis atau bedah.
Asepsis medis atau teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat, merupakan contoh asepsis medis. Prinsip asepsis medis biasanya yang dilakukan di rumah. Asepsis bedah, teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Teknik steril harus digunakan saat melakukan prosedur invasif. Setelah suatu objek menjadi tidak steril atau tidak bersih, objek tersebut terkontaminasi. Pada asepsis medis suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika area atau objek tersebut mengandung patogen. Pada asepsis bedah, suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     KONSEP TEORI
Infeksi didefenisikan sebagai keberhasilan invasi, keberadaan, dan pertumbuhan mikroorganisme pada pejamu atau di dalam jaringan pejamu, yang mengakibatkan reaksi jaringan tertentu. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
(Brooker ,Chris.2009.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC)

Factor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
1. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada 3 karakteristik mikroorganisme:
§  resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
§  tingkat virulensi,
§  dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.
1.      Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
 Contohnya :
§  Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
§  Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
§  Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
§  Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.

2.       Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
3.      Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

Mencuci  tangan yaitu proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa atau sabun antimikrobakterial .
 Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah aliran air (Larson, 1995). Tujuannya adalah untuk membuang kototran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi.
Keputusan untuk mencuci tangan bergantung pada hal berikut : intensitas kontak dengan klien atau objek yang terkontaminasi, derajat atau jumlah kontaminasi yang dapat terjadi dengan kontak tersebut; kerentanan klien atau petugas kesehatan terhadap infeksi; dan prosedur atau aktivitas yang dilakukan (Larson dan Lusk, 1985; Ayleffe et al, 1992).
Larson (1995) merekomendasikan bahwa perawat mencuci tangan dalam situasi seperti :
1.      Jika tampak kotor
2.      Sebelum dan sesudah kontak dengan klien
3.      Setelah kontak dengan sumber m.o (datah atau cairan tubuh, membran mukosa, kulit yang tidak utuh, atau objek mati yang mungkin terkontaminasi)
4.      Sebelum melakukan prosedur invasif seperti pemasangan kateter intravaskuler atau kateter menetap
5.      Setelah melepaskan sarung tangan
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

The Centers for Disease Control (CDC) dan Public Health Service mencatat bahwa mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik (Garner dan Favero, 1986) akan memusnahkan m.o transien paling banyak pada kulit.Larson dan Lusk (1985) telah menemukan bahwa perawat yang mencuci tangannya 8 kali sehari kemungkinan lebih kecil membawa bakteri gram negatif di tangan mereka.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Gown atau gaun pelindung adalah gaun yang digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular. Gown isolasi yang dapat digunakan kembali terbuka pada bagian belakangnya dan memiliki tali pada bagian leher dan pinggang untuk menjaganya tertutup dan aman. Gown harus cukup panjang untuk menutupi semua pakaian bagian luar. Lengan gown yang panjang dan manset ukuran yang pas menambah perlindungan. Tidak ada teknik khusus yang diwajibkan untuk menggunakan gown yang bersih selama dikenakan dengan aman. Namun, perawat harus membuka gown dengan hati-hati untuk meminimalkan kontaminasi terhadap tangan dan seragam dan kemudian membuangnya setelah dibuka.
(Alimul Hidayat,Azis.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika)
Masker adalah alat penutup hidung mulut dan bagian bawah dagu untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker menhindarkan perawat menghirup mikoorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularan patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien. Masker bedah melindungi pemakai dari menghirup partikel-besar aerosol yang melintas dalam jarak yang pendek.
Mengacu pada CDC, masker dapat melindungi penularan infeksi melalui kontak langsung dengan membran mukosa. Pembicaraan harus seminimal mungkin selama memakai masker untuk mengurangi aliran udara pernapasan. Masker yang telah menjadi lembab tidak dapat berfungsi sebagai barier terhadap mikroorganisme dan dengan demikian terinfeksi. Masker tersebut harus dibuang. Peralatan perlindungan khusus pernapasan atau masker diwajibkan bila merawat klien yang diketahui mengidap tuberculosis (CDC, 1994a; OSHA, 1994). Perawat harus waspada akan kebijakan lembaga mengenai jenis peralatan perlindungan pernapasan yang diwajibkan.
(Alimul Hidayat,Azis.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika)

Kaca mata adalah alat pelindung mata dari percikan darah atau cairan tubuh lainnya .Bila ikut serta dalam proses invasif yang dapat menimbulkan adanya droplet atau percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh lainnya, perawat harus mengenakan kacamata pelindung, masker atau pelindung wajah (Garner, 1996). Kacamata dapat tersedia dalam bentuk kacamata atau goggles plastik.
(Alimul Hidayat,Azis.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika)

Sarung tangan adalah alat yang melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan petugas kesehatan.
(Alimul Hidayat,Azis.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika)
Pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi yang tepat terhadap objek yang terkontaminasi secara signifikan mengurangi dan sering kali memusnahkan m.o. di pusat perawatan kesehatan departemen suplai sentral mendeinfeksi dan menyucihamakan barang-barang yang dapat digunakan kembali. Namun, perawat dapat mengatasi situasi yang memerlukan penggunaan teknik-teknik tersebut. Banyak prinsip pembersihan dan desinfeksi juga dilakukan di rumah.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Pembersihan adalah membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organik dari suatu objek (Rutala, 1990). Biasanya, pembersihan termasuk menggunakan air dan kerja mekanis dengan atau tanpa deterjen. Pada saat objek kontak dengan material infeksius, objek menjadi terkontaminasi. Jika objek sekali pakai, objek tersebut dibuang. Objek yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan seluruhnya bahkan didesinfeksi atau disterilisasi sebelum digunakan kembali.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)
Bila peralatan pembersih dikotori oleh materi organik seperti darah, materi fekal, mukus atau pus, perawat menggunakan masker, kacamata pelindung dan sarung tangan kedap air. Barier ini menjadi pelindung terhadap organisme infeksius. Sikat yang berbulu padat dan deterjen atau sabun dibutuhkan untuk pembersihan. Langkah berikut ini menjamin bahwa suatu objek disebut bersih :
1.      Cuci objek atau benda yang terkontaminasi dengan air yang mengalir untuk membuang materi organik. Air panas menyebabkan protein pada materi organik berkoagulasi dan menempel pada objek, sehingga sulit untuk dibuang
2.      Setelah pembilasan, cuci objek dengan sabun dan air hangat. Sabun atau deterjen mengurangi area tegangan air dan mengemulsi materi yang kotor atau sisa. Namun, beberapa deterjen rumah tangga memiliki kandungan desinfektan. Membilas objek sepenuhnya untuk membuang kotoran yang teremulsi
3.      Gunakan sikat untuk membuang kotoran atau materi pada lekukan  atau lipatan. Gesekan mengeluarkan materi yang mengontaminasi sehingga mudah dibuang. Buka engsel dari alat-alat
4.      Bilas objek di air hangat
5.      Keringkan objek dan persiapkan untu desinfeksi dan sterilisasi
6.      Sikat, sarung tangan dan bak tempat objek dibersihkan harus dianggap juga terkontaminasi dan harus dibersihkan
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Desinfeksi menggambarkan proses yang memusnahkan banyak atau semua mikoorganisme, dengan pengecualian spora bakteri dari objek yang mati (Rutala, 1995)
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikoorganisme , termsuk spora.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)
Cairan Desinfektan
Cairan desinfektan yang biasa dan sering dipakai di dalam kamar operasi antara lain:
1. Savlon pekat dapat membunuh kuman biasa tetapi tidak dapat membunuh
TBC, Spora dan Virus hepatitis (sesuai dengan petunjuk pemakaian).
2. Betadin 10 % dan yodium 2% mempunyai efek kerja yang sama.
3. Alkohol 70%.
a. Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis.
b. Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basil
TBC.
4. Cidex
a. Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus.
b. Mempunyai efek yang lebih baik diantara desinfektan yang ada.
c. Tidak boleh dipakai langsung ke badan rnanusia.
5. Fenol
a. Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basil TBC.
b. Tidak dapat mernbunuh sproa dan virus hepatitis B.
c. Sedikit berefek membunuh euycetes.
6. Presept /klorin
a. Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protozoa, virus.
b. Sangat efektif untuk virus AIDS, Hepatitis B.
e. Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur dengan aniomic dan non-ionic detergen.
d. Untuk desinfektan di permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah sakit, laboratorium.
7. Formalin
a. Tablet
b. Cair
Kategori benda yang memerlukan desinfeksi arau sterilisasi:
1.     Alat penting
Alat-alat yang memasuki  jaringan steril atau sistem vaskular menimbulkan resikop tinggi terkena infeksi jika alat-alat tersebut terkontaminasi denganm mikoorganisme, khususnya spora bakteri,beberapa dari alat-alat  tersebut adalah sebagai berikut:
§  Peralatan bedah
§  Kateter intravaskuler
§  Kateter irin
§  Jarum

2.     Alat semi penting
Alat-alat yang berkontak dengan membran mukosa atau kulit yang tidak utuh juga             berisiko.Beberapa dari alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:
§  Kateter atau selang penghisap respiratorius
§  Selang endotrakea
§  Endoskop gastrointestinal
§  Termometer
3.     Alat tidak penting
Alat-alat yang kontak dengan kulit utuh namun bukan membran mukosa harus bersih.Alat-alat yang tidak penting harus didesinfeksi.Beberapa alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:
§  Pispot
§  Manset tekanan darah
§  Linen
§  Stetoskop
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Contoh proses desinfeksi dan sterilisasi
1.      Uap panas
Karakteristik : Uap panas termasuk mengukus (uap panas dengan tekanan).  Pada saat terpapar dengan tekanan yang tinggi, uap air dapat mencapai suhu diatas titik didih untuk membunuh patogen dan spora.
Contoh penggunaan : autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat-alat bedah, larutan parental, dan balutan bedah.
2.      Radiasi
Karakteristik : Radiasi pengionan menembus objek secara mendalam untuk sterilisasi dan desinfeksi yang efektif.
Contoh penggunaan : radiasi digunakan untuk mensterilkan obat, makanan, dan bahan-bahan lainnya yang sensitif terhadap panas
3.      Bahan kimia
Karakteristik : Bahan kimia merupakan desinfektan yang efektif karena menyerang semua jenis mikroorganisme bekerja dengan cepat, dapat bekerja di dalam air, tetap stabil dalam pengaruh cahaya maupun panas, tidak mahal dan tidak berbahaya pada jaringan tubuh, tidak merusak bahan yang sedang di desinfeksi, dan tidak diaktifkan oleh materi organik.
Contoh penggunaan : bahan kimia digunakan untuk mendesinfeksi instrumen dan peralatan seperti termometer gelas. Klorin berguna untuk mendesinfeksi air dan untuk tujuan kegiatan rumah tangga.
4.      Gas etilen oksida
Karakteristik : Gas ini menghancurkan spora dan m.o dengan mengubah proses metabolik sel. Uap dikeluarkan dalam ruang seperti autoklaf. Gas etilen oksida beracun pada manusia dan waktu pengisian gas bervariasi sesuai produk.
Contoh penggunaan : gas ini mensterilkan beberapa alat-alat dari karet dan plastik
5.      Air yang didihkan
Karakteristik : Pendidihan merupakan tindakan yang paling murah untuk dilakukan di rumah. Spora bakteri dan beberapa virus tahan terhadap pendidihan. Tindakan ini tidak digunakan di rumah sakit.
Contoh penggunaan : alat-alat tersebut (misalnya botol susu bayi yang terbuat dari gelas) harus didihkan paling sedikit 15 menit.
                        (Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)


B.     TUJUAN
1.      Mencuci tangan
§  Bebas dari resiko penyebaran infeksi saat melakukan tindakan pada pasien yang terinfeksi
§  Tidak menyebarkan infeksi pada pasien
2.      Menggunakan perlengkapan perlindungan diri
Gown
§  Melindungi kulit dari kemungkinan terkena percikan ketika kontak dengan darah atau cairan tubuh
§  Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan tindakan yang melibaatkan kontak dengan darah atau cairan tubuh
Masker dan kaca mata
§  Melindungi membrane mukosa mata , hidung, dan mulut terhadap kemungkinan percikan ketika kontak dengan darah dan cairan tubuh
Sarung tangan
§  Melindungi tangan saat kontak dengan darah, cairan tubuh , sekreta, ekskreta, dan barang yang tercemar
3.      Pengelolaan penggunaan alat-alat steril dan daerah steril
§  Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
§  Mencegah peralatan cepat rusak.
§  Mencegah terjadinya infeksi silang.
4.      Pengelolaan alat dan bahan terkontaminasi
§  Menstrerilisasikan kembali peralatan yang terkontaminasi untuk dapat digunakan lagi
§  Terhindarnya peralatan dari sumber infeksi
(PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI)


C.      MANFAAT
1.      Cuci tangan
§  Mengurangi jumlah mikoorganisme kulit dan tangan
§  Mencegah penyebaran infeksi
2.      Perlengkapan perlindungan diri
§  Melindungi dari mikoorganisme penyebab infeksi
§  Mencegah penyebaran infeksi
3.      Pengelolaan penggunaan alat-alat steril
§  Dapat menjaga kestrerilan peralatan
4.      Pengelolaan alat terkontaminasi
§  Dapat memperoleh alat yang steril lagi tanpa harus membeli yang baru
§  Dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien melalui peralatan yang terkontaminasi tersebut
(PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI)




D.     INDIKASI
1.      Indikasi cuci tangan
§  Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
§  Sebelum dan sesudah menangani peralatan yang digunakan pasien
§  Sesudah membuang sampah medis
§  Sesudah dari kamar mandi
§  Sebelum dan sesudah membuang ingus
§  Sebelum dan sesudah makan
§  Sebelum dan sesudah bekerja di sarana kesehatan
§  Setelah menyentuh darah,sekreta, cairan tubuh, dan barang-barang yang tercemar
§  Segera setelah membuka sarung tangan
§  Diantara kontak pasien
§  Sebelum dan sesudah melakukan tindakan invasive
§  Masuk dan meninggalkan ruangan isolasi
2.      Indikasi perlengkapan perlindungan diri
§  Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang tercemar
§  Bila kontak dengan membrane mukosa /selaput lender dan kulit yang tidak utuh
§  Sebelum melakukan tindakan invasive misalnya menusukkan sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti memasang infuse
§  Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar

3.      Indikasi pengelolaan penggunaan alat-alat steril dan daerah steril
§  Sebelum peralatan dimasukkan kedalam jaringan tubuh, system vaskuler atau melalui pembuluh darah
§  Sebelum peralatan digunakan tindakan yang menyentuh selaput lendir, seperti endoskopi

4.      Indikasi pengelolaan alat dan bahan terkontaminasi
§  Setelah peralatan dipergunakan untuk melakukan tindakan pada pasien
§  Setelah operasi bedah
§  Saat peralatan sudah tidak steril
(PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI)

E.      KONTRAINDIKASI
§  Saat peralatan yang dipergunakan hanya untuk sekali pakai (sterilisasi pada alat terkontaminasi)
§  Sudah berupa limbah yang tidak bisa digunakan lagi
(PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI)



F.      PERSIAPAN PERALATAN
MENCUCI TANGAN
Teknik mencuci tangan secara medical
Alat dan bahan :
1.      Air mengalir yang hangat
2.      Lap tangan kertas/pengering
3.      Sabun biasa atau sabun antimicrobial
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)
Teknik mencuci tangan secara surgical
Alat dan bahan :
1.      Air yang mengalir
2.      Sabun antimicrobial
3.      Sikat/spons yang menyerap
4.      Kikir kuku
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)
PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI
1.       Gown
2.      Masker
3.      Kaca mata/goggles
4.      Sarung tangan
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

PENGELOLAAN ALAT-ALAT STERIL DAN DAERAH STERIL
1.      Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.
Misalnya :
(1)  pisau operasi.
(2)  Gunting
(3)  Pinset
(4)  Kocher
(5)  korentang
Persiapan alat dan bahan :
1.      peralatan yang akan dibersihkan
2.      Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih
3.      Sabun cuci
4.      Sikat halus
5.      Bengkok (nierbekken)
6.      Lap kering
7.      Larutan desinfektan
8.      Kain kasa
9.      Stalisator dalam keadaan siap pakai
 Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.
Misalnya :
(1)  Kateter.
(2)  Pengisap lendir bayi
(3)  Spuit
Persiapan alat dan bahan:
1.      Peralatan yang akan dibersihkan
2.      Tempat pencucian dengan air yang mengalir ataubaskom berisi air bersih
3.      Sabun cuci
4.      Sikat halus
5.      Bengkok (nierbekken)
6.      Lap kering
7.      Larutan desinfektan
8.      Kain kasa
9.      Sterilisator dalam keadaan siap pakai
10.  Lidi kapas
2.      Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.
Misalnya :
1.      kateter
2.      pipa penduga lambung atau maagslang
3.      drain
Persiapan alat dan bahan:
1.      Peralatan yang akan dibersihkan.
2.       Tempat pencucian dengan air yang mengalir.
3.      Sabun cuci.
4.      Bengkok (nierbekken).
5.      Spuit.
6.      Kapas bersih dan tempatnya.
7.      Larutan desinfektan.
8.      Sterilisator dalam keadaan siap pakai

3.      Pemeliharaan sarung Tangan.
Persiapan alat dan bahan:
1.      Sarung tangan kotor (bekas dipergunakan)
2.      Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom berisi air bersih
3.      Sabun cuci
4.      Lap kering atau handuk
5.      Bedak biasa
6.      Tablet formalin secukupnya
7.      Tromol atau stoples yang tertutup rapat

PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN TERKONTAMINASI
1.     Alat yang akan di sterilkan
2.     Peralatan sterilisasi sesuai metode yang digunakan,misalnya :
·         Panas kering dengan menggunakan oven panas
·          Merebus dengan air mendidih memakai sterilisator
·         Teknik penyinaran  untuk sterilisasi ruangan
1.      Dengan menggunakan sinar ultra violet
2.      Dengan memakai sinar elektron.
·         Teknik Kimia
1.      Dengan menggunakan uap kimia (formalin).
2.      Dengan menggunakan larutan kimia (cidex).
3.      Dengan menggunakan gas ethelin oxida (EO).
(Perry,Peterson,Potter.2005.Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta:EGC)

G. PROSEDUR
PROSEDUR MENCUCI TANGAN SECARA MEDIKAL :
1.      Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air mengalir yang hangat, sabun, lap tangan/ pengering
2.      Lepaskan kam tangan dan gulung lengan panjang ke atas pergelangan tangan. Hindari memakai cincin. Jika memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan
3.      Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar
4.      Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit dan kutikula
5.      Berdiri di depan wastafel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel
6.      Alirkan air.
7.      Hindari percikan air mengenai seragam
8.      Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama sebelum mengalirkan air hangat. Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah daripada siku selama mencuci tangan
9.      Taruh sedikit sabun pada tangan, sabuni dengan seksama
10.  Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10 sampai 15 detik. Jalin jari-jari tangan dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkular paling sedikit masing-masing lima kali. Pertahankan supaya ujung jari berada di bawah untuk memungkinkan pemusnahan m.o
11.  Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya dan tambah sabun yang bersih
12.  Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak tangan di bawah siku
13.  Keringkan tangan dengan seksama dari jari tangan ke pergelangan tangan dan lengan bawah dengan handuk atau pengering
14.  Jika digunakan, buang handuk pada tempat yang tepat
15.  Tutup air dengan siku atau bisa juga menggunakan handuk yang kering
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

PROSEDUR MENCUCI TANGAN SECARA SURGIKAL
1.      atur aliran air ke suhu yang nyaman
2.      basahkan dengan baik tangan dan lengan bawahjaga supaya lengan dan tangan diatas tinggi siku selama seluruh prosedur
3.      tuangkan sabun dengan jumlah yang sesuai
4.      bersihkan kuku dengan kikir di bawah air yang mengalir
5.      basahi sikat dan gunakan sabun anti mikrobial
6.      bilas sikat dengan seksama. Ulangi menyabun
7.      secara abstrak bagi lengan ke dalam tiga bagian. Scrub setiap permukaan dari lengan bagian bawah dengan gerakan sirkular. Scrub bagaian tengah dan bagian atas lengan bawah dengan cara yang ama. Buang sikat
8.      dengan lengan dalam posisi fleksi, bilas dengan seksama dari ujung jari ke siku dengan satu gerakan, biarkan air mengalir turun pada siku.
9.      Ulangi langkah 11 sampai 14 untuk lengan yang kedua
10.  Jaga supaya lengan tetap fleksi, buang sikat. Matikan air dengan kontrol lutut atau kaki. Masuk ke ruang operasi dengan siku difleksi dan diangkat
11.  Ambil handuk steril yang ada di atas kemasan gown steril. Pastikan tidak ada siapa pun di sekitar jangkauan lengan
12.  Buka handuk secara maksimal, pegang satu bagian menjauh dari baju scrub
13.  Keringkan setiap tangan secara terpisah. Untuk mengeringkan satu lengan, pegang handuk dengan tangan satunya; gunakan gerakan memutar, tarik handuk dari jari sampai ke siku
14.  Dengan hati-hati pindahkan handuk dan keringkan tangan dan lengan yang satunya
15.  Buang handuk. Cegah kontaminasi yang tidak disengaja
16.  Lanjutkan dengan memakai gown steril.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

PROSEDUR MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI
Memakai gown
Persiapan untuk memakai gown :
1.      lepaskan semua perhiasan. Pastikan kuku jari tangan pendek dan kutikula dalam kondisi yang baik
2.      cuci tangan
3.      gunakan masker dan kacamata
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Prosedur memakai gown :
1.      Sebelum memasuki ruang operasi atau area penanganan, kenakan kap, masker wajah, dan kacamata. Penutup kaki juga diperlukan di ruang operasi
2.      Lakukan cuci tangan bedah dengan seksama
3.      Minta perawat circulating untuk membantu membuka kemasan steril yang berisi gown steril
4.      Minta perawat circulating untuk menyiapkan kemasan sarung tangan dengan mengoyak bagian luar pembungkus membuka sementara menjaga bagian dalam tetap steril. Bagian dalam sarung tangan kemudian diletakkan dalam area steril yang diciptakan dari bagian luar pembungkus
5.      Turunkan kemasan gown steril; angkat secara langsung lipatan gown ke atas dan melangkah menjauh dari meja
6.      Pegang bagian lipatan gown, dapatkan ban leher. Dengan kedua tangan, pegang bagian dalam depan dari gown tepat di bawah ban leher
7.      Biarkan lipatan gown terbuka, jaga bagian dalam gown terhadap tubuh. Jangan menyentuh bagian luar gown dengan tangan telanjang
8.      Dengan tangan sejajar bahu, masukkan kedua lengan ke lubang lengan secara bersamaan. Minta perawat circulating untuk menarik gown ke atas bahu dengan meraih bagian dalam lipatan lengan. Gown ditarik, biarkan kain menutup tangan
9.      Minta circulating untuk mengikat bagian punggung gown dengan baik pada leher dan pinggang. (jika gown membungkus melingkar, penutup steril yang menutup gown tidak boleh disentuh sampai perawat mengenakan sarung tangan). 
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Memakai  masker
1.      Ambil bagian tepi atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada strip metal yang tipis)
2.      Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas, ikatkan dua tali atas pada bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga;
3.      Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling leher dengan masker sampai ke bawah dagu
4.      Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada batang hidung
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Memakai kacamata pelindung/goggles
Kacamata harus terpasang pas sekeliling wajah sehingga cairan tidak dapat masuk antara wajah dan kacamata.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)
Memasang sarung tangan terbuka
1.      Siapkan kemasan sarung tangan steril yang sesuai ukurannya  pada area pertanganan.
2.      Lakukan cuci tangan dengan seksama.
3.      Buka pembungkus bagian luar dari kemasan sarung tangan dengan memisahkan dan melepaskan sisi-sisinya.
4.      Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada permukaan yang bersih.Buka kemasan,jaga supaya sarung tangan  tetap diatas permukaan bagian dalam pembungkus.
5.      Jika sarung tangan tidak dibedaki,ambil pak bedak dan pakai tipis-tipis  pada tangan diatas wastafel atau keranjang sampah.
6.      Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri.Setiap sarung tangan memiliki mansetlebar  kira-kira 5 cm.Kenakan sarung tangan dominan terlebih dahulu.
7.      Dengan ibu jari dan telunjuk  seta jari tengah dari tangan non-dominan,pegang tepi dari manset  sarung tangan untuk tangan dominan, pegang tepi dari manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya permukaan bagian dalam sarung tangan
8.      Pakai sarung tangan pada tangan dominan, biarkan manset dan pastikan manset tidak bertumpuk di pergelangan tangan. Pastikan ibu jari dan jari lainnya berada pada tempat yang tepat
9.      Dengan tangan dominan yang bersarung tangan, selipkan jari di dalam manset sarung tangan kedua
10.  Kenakan sarung tangan kedua pada tangan non-dominan. Jangan biarkan jari tangan dan ibu jari dari tangan dominan yang bersarung tangan menyentuh setiap bagian tangan non-dominan yang dibuka. Jaga supaya ibu jari tangan dominan terabduksi ke belakang
11.  Setelah sarung tangan kedua dikenakan, tautkan kedua tangan. Manset biasanya jatuh ke bawah setelah pemakaian. Pastikan untuk hanya menyentuh bagian yang steril.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Memasang sarung tangan tertutup
1.      Buka bagian dalam kemasan sarung tangan steril.
2.      Dengan tangan non-dominan masukkan kedalam manset gown ,ambil sarung tangan bagi tangan non-dominan dengan menggemgam manset yang dilipat.
3.      Ekstensikan lengan bawah dominan dengan telapak ke atas dan letakkan telapak tangan dari sarung tangan terhadap telapak tangan dominan.
4.      Pegang bagian belakang manset sarung tangan dengan tangan non-dominan dan balik  manset sarung tangan  dan manset gown.
5.      Pegang bagian atas sarung tangan dan bagian dalam lengan gown dengan tangan non-dominan yang ditutupi .Ekstensikan jari tangan kedalam sarung  tangan secara hati-hati,pastikan manset  sarung tangan  menutupi manset gown.
6.      Pasang sarung tangan pada tangan non-dominan dengan cara yang sama,gunakan tangan dominan yang bersarung tangan untuk menarik sarung tangan.Pertahankan tangan dalam lengan gown.
7.      Pastikan jari tangan terekstensi secara penuh kedalam kedua sarung tangan.
8.      Untuk melilitkan gown steril:gunakan tangan yang bersarung tangan dan lepaskan kaitan atau ikatan di depan gown.
9.      Beri tali pada anggota tim steril yang masih berdiri.Berikan batas yang aman, berputar balik kekiri,tutupi punggung dengan penutup gown  yang ditarik.Ambil kembali tali dari anggota tim dan amankan tali ke gown.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

Melepas sarung tangan
1.      Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan yang bersarung tangan; hindari menyentuh pergelangan tangan
2.      Lepaskan sarung tangan, balikkan menjadi bagian dalam ke luar. Buang ke pembuangan
3.      Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil bagian salam dari sarung tangan yang masih dikenakan. Lepaskan sarung tangan, bagian dalam ke luar. Buang di tempat pembuangan.
(Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC)

PROSEDUR PENGELOLAAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT STERIL DAN DAERAH STERIL
Pengawasan
Suatu bahan steril yang dihasilkan selama dalam penggunaan harus dapat dijamin kualitas dan kuantitasnya. Waktu kadaluwarsa suatu bahan steril sangat tergantung kepada tehnik sterilisasi. Pengawasan terhadap proses sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mentest bahan atau alat yang dianggap masih steril dengan memakai indicator fisika, kimia dan biologi tergantung pada tehnik sterilisasi yang digunakan waktu mensterilkan bahan / alat tersebut.
Pengujian
Ada tiga pilihan yang dapat digunakan sebagai tehnik dalam pengujian sterilisasi :
a. Pemanasan sample langsung pada media pembenihan.
b. Pembilasan penyaring, hasil pembilasan diinkubasikan setelah ditanam dalam media pembenihan.
c. Penambahan media pembenihan paket ke dalam larutan yang akan diuji kemudian diinkubasi.

Jaminan hasil penguian dapat dicapai jika pengawasan dimulai semenjak pemilihan bahan dan alat yang akan disterilkan. Tehnik sterilisasi yang akan dipakai sampai dengan proses penyimpanan dan pendistribusian bahan / alat yang sudah steril.

Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.
1.      Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
2.      Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih. Setelah air mendidih sekurang=-kurangnya 15 menit baru diangkat.
3.      Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat penyimpanan yang steril.
4.      Setelah selesai, peralatan dibersihkan, di\bereskan dan dikembalikan ketempat semula.
 Perhatian :
Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya pisau, gunting, jarum dll) harus dibungkus dulu dengan kain kasa, kemudian barulah dimasukkan kedalam sterilisator, setelah air mendidih dan ditungguantara tiga sampai lima menit baru diangkat.


Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.
Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dari logam. Tapi khusus spuit, pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus dengan kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi air dan diltakkan berdampingan.

Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.
1.      peralatan dibersihkan dan jika ada bekas-bekas plastic dihilangkan dengan kapas bersih.
2.      Bagian didalamnya dibersihkan dengan menyemprotkan air dari spuit atau air mengalir sambil dipijit-pijit sampai bersih.
3.      Setelah bersih, peralatan kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam, selanjutnya disabuni dan dibilas.
4.      Setelah air didalam sterilisator mendidih, peralatan dimasukkan dan dibiarkan antara lima samapai sepuluh menit, baru diangkat dengan korentang steril. Setelah itu peralatan disimpan ditempat yang steril.
5.      Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

Pengendalian lingkungan  kamar operasi
1.      Semua pintu kamar operasi harus tertutup dan jumlah personil yang keluar masuk kamar operasi harus dibatasi
2.      Alat – alat operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi harus disterilkan dengan autoklaf.
3.      Kamar operasi harus dibersihkan :
-          Antara 2 operasi
-          Tiap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai
-          Tiap minggu ( 1 hari untuk pembersihan menyeluruh )
-          Tiap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai.
4. Pemakaian keset dengan antiseptic pada pintu masuk kamar operasi tidak dianjurkan
5. Biakan udara dan biakan yang diambil dari personil kamar operasi secara rutin, tidak diperlukan
6. Operasi bersih dilakukan sebelum operasi kotor, jika akan dipakai untuk operasi berikutnya harus dibersihkan secara sempurna
7. Barang – barang terkontaminasi seperti pus, harus dikumpulkan terpisah dan di beri tanda kontaminasi
8. untuk operasi pasien infeksi misalnya hepatitis, usahakan memakai alat sekali pakai dikumpulkan secara khusus dan diberi tanda infeksi

Pemeliharaan sarung Tangan.
1.      Sarung tangan dibersihkan dan disabinu bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
2.      Sarung tangan diperiksa apakah bocor atau tidak, dengan cara memasukkan udara kedalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air. Bila bocor dipisahkan.
3.      Setelah bersih, sarung tangan dikeringkan dengan cara menggantungkannya terbalik atau langsungdikeringkan luar dan dalamnya dengan handuk atau lap kering.
4.      Beri bedak tipis secara merata bagian luar dan dalamnya.
5.      Sarung tangan diatur atau digulung sepasang-sepasang atau dipisahkan misalnya satu kelompok bagian kiri atau kanan saja. Bila dipisahkan kiri atau kanan saja, harus diberi label pengenal yang jelas pada tromol atau stoples masing-masing yang menunjukkan sebelah kanan atau kiri, serta tanggal dan jam dimulainya sterilisasi.
6.      Sarung tangan kemudian dimasukkan kedalam tromol atau stoples yang telah berisi tablet formalin untuk disterilkan selama 24 jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol atau stoples ukuran satu liter digunakan empat tablet formalin 50 gram.
7.      Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.

PROSEDUR PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN TERKONTAMINASI
5 metode umum sterilisasi yaitu :
§  Sterilisasi uap (panas lembap)
§  Sterilisasi panas kering
§  Sterilisasi dengan penyaringan
§  Sterilisasi gas
§  Sterilisasi dengan radiasi

Metode  yang  paling  umum  digunakan untuk  sterilisasi  alat  dan bahan  pengujian mikrobiologi adalah metode sterilisasi uap (panas lembap) dan metode sterilisasi panas kering.
A.     Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya.  Bila ada kelembapan  (uap air) bakteri akan terkoagulasi  dan dirusak pada temperature  yang  lebih  rendah  dibandingkan  bila  tidak  ada  kelembapan.  Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut.

Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang  lebih  besar  untuk  membunuh  sel  dibanding  dengan  udara  panas.  Biasanya  untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,80F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. .Pada  saat  sumber  panas  dinyalakan,  air  dalam  autoklaf  lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.

B. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan oven pensteril. Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang. Sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-170oC dengan waktu 1-2 jam.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini juga efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:alat ukur) dan penutup karet atau plastik.

C. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.

D. Sterilisasi gas
Sterilisasi  gas  digunakan  dalam  pemaparan  gas  atau  uap  untuk  membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.

E. Sterilisasi dengan radiasi
Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.
(PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI)








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting untuk mencegah dan mengendalikan penularan infeksi.Mikroorganisme dapat ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung, melalui penyebaran udara, dan melalui vector serta peralatan yang terkontaminasi.Membersihkan dengan tepat mengharuskan pembersihan mekanis dari semua materi asing dari suatu objek atau area.Keberhasilan perawat melakukan teknik kontrol infeksi diukur dari menentukan apakah tujuan untuk mengurangi atau mencegah infeksi tercapai.Oleh karena itu, perawat memantau klien dengan ketat terutama bagi yang berisiko akan adanya tanda dan gejala infeksi.

Saran
1.      Eliminasi dan kurangi perkembangan agen penyebab infeksi dan faktor lainnya yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial.
2.      Penybaran infeksi nosokomial terutama dari udara dan air harus menjadi perhatian utama agar infeksi tidak meluas.
3.      Mengurangi prosedur-prosedur invasif untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.



DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,Azis.2008.Kterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Brooker ,Chris.2009.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC
PERDALIN.2007.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.Jakarta:DEPKES RI
Perry,Peterson,Potter.2005.Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta:EGC
Potter dan Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger